SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Perubahan iklim yang memengaruhi suhu bumi, karbondioksida di atmosfer, dan intensitas cuaca ekstrem, seperti banjir dan kekeringan dapat berdampak signifikan terhadap populasi tumbuhan. Jika tidak diantisipasi, kondisi ini akan terus memburuk dan meningkatkan laju kepunahan spesies tumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan (PRKTKK) berkomitmen untuk melakukan konservasi tumbuhan langka Indonesia dengan riset-riset ekofisiologi dan simbiosis tumbuhan.

Ketua Kelompok Riset Ekofisiologi dan Simbiosis Tumbuhan PRKTKK BRIN Frisca Damayanti menjelaskan, riset ekofisiologi dan simbiosis tumbuhan dilakukan untuk mengetahui perilaku dan fungsi tumbuhan akibat perubahan lingkungan sekitarnya baik biotik maupun abiotik. Hal tersebut dia sampaikan pada acara Garden Talk ke-13, secara daring, pada Selasa (5/9).

"Perubahan iklim menyebabkan perubahan perilaku dan fungsi tumbuhan. Perubahan yang mencakup respons, metabolisme, reproduksi, interaksi, dan pertahanan suatu spesies tumbuhan dapat diketahui melalui riset-riset ekofisiologi dan simbiosis. Hal ini sangat fundamental sebagai salah satu upaya untuk mengonservasi tumbuhan langka dari ancaman kepunahan," ungkap Frisca.

Assoc. Prof. Masaru Kobayashi, narasumber dari Kyoto University menyampaikan hasil penelitiannya tentang Plant Cell Wall Study: Transcriptional Changes under Various Nutrional Conditions. Dia menjelaskan dampak kekurangan unsur boron (B) dan silikon (Si) sebagai mikronutrien terhadap beberapa jenis tumbuhan tropis.

"Kekurangan B dan Si sebagai mikronutrien yang belum tergantikan fungsinya oleh unsur lain. Hal ini terbukti sangat memengaruhi proses pertumbuhan sorgum dan beberapa jenis tanaman lainnya," ungkapnya.

Deden Derajat Matra narasumber dari IPB University memaparkan hasil penelitiannya mengenai Studi Cahaya Buatan Terhadap Fisiologi, Transkriptomik, dan Metabolomik pada Tanaman. Dia menjelaskan efek cahaya buatan LED terhadap pertumbuhan buah-buahan tropis yang sudah langka, seperti mangga kesturi (Mangifera casturi) yang sudah dinyatakan punah.

"Penambahan cahaya LED merah, putih, dan biru, dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman baik morfologis maupun fisiologis. Cahaya merah pada rambutan lebih bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, diameter batang, dan ketebalan daun. Sedangkan cahaya LED biru dapat meningkatkan kadar klorofil, kandungan gula, konduktasi stomata, dan laju fotosintesis," tuturnya menyimpulkan. 

Mutiara Kusuma Pitaloka peneliti PRKTKK BRIN menyampaikan hasil kajiannya tentang Respon Fisiologi Tumbuhan terhadap Cekaman Abiotik. Dia mencontohkan hasil penelitiannya pada salah satu tumbuhan langka yaitu Hopea bilitonensis. Dirinya mendapatkan informasi respon fisiologi spesies langka tersebut akibat cekaman kekeringan.

"Hopea bilitonensis atau dikenal dengan nama pelepak merupakan tumbuhan langka dengan status IUCN Critically Endangered (EN). Pertumbuhan dan keberadaannya di alam dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim. Melalui kajian fisiologi diharapkan kita dapat menentukan strategi konservasi yang tepat," pungkasnya. dilansir brin.go.id

Tags
SHARE