SHARE

Soeharto (tirto)

CARAPANDANG.COM - Dalam suatu kesempatan, Menteri Keuangan di era Orde Baru Fuad Bawazier dapat saya wawancarai. Banyak hal yang diungkap, mulai dari Soehartonomics hingga Soeharto yang turun ke desa. Jika kata 'blusukan' begitu populer di zaman now, sesungguhnya blusukan telah dilakukan oleh para pemimpin Indonesia sejak dulu kala. Sukarno diantaranya dengan blusukan yang membuatnya bertemu dengan petani bernama Marhaen. Sedangkan kisah blusukan Soeharto dapat disimak dari kisah yang diwartakan Fuad Bawazier sebagai berikut:

Jauh dari hingar bingar publisitas, Pak Harto merupakan sosok pemimpin yang turun langsung ke rakyat. Beliau tidak sekadar menerima laporan dari aparat di bawahnya, melainkan juga melihat secara riil keadaan rakyat Indonesia. Pak Harto pergi ke desa-desa di Indonesia terutama dilakukan di masa awal-awal pemerintahannya pada tahun 1970-an. Dalam kunjungannya Pak Harto melihat langsung bahwa oh pak taninya berangkat pada jam sekian sudah sampai sawah. Jam 7 pagi Pak Harto sudah sampai di kantor kelurahan setempat.

            Dalam satu kesempatan Pak Harto turun melihat langsung ke daerah Banjar Negara. Sampai ke Banjar Negara jam 11 malam. Beliau tiba di rumah camat satu desa di Banjar Negara. Dengan memakai bahasa Jawa, pak Try Sutrisno menyatakan bahwa dirinya dari Jakarta dan apa bisa ya mau numpang menginap disini. Pak Try saat itu masih menempati jabatan sebagai ajudan presiden Soeharto. Setelah diperbolehkan, Pak Harto turun dari mobilnya. Kesederhanaan benar-benar dialami langsung oleh Pak Harto dalam muhibah tersebut. Kamar mandinya sederhana dan bertempat jauh ke belakang. Makanan pun sederhana dan seadanya. Pak camat yang sempat menawarkan makanan pun ditampik oleh Pak Harto dengan tidak usah repot-repot. Pak Harto lalu dengan air panas menyeduh mie, dan begitulah malam-malam beliau di saat itu.

            Yang menarik waktu dibilang bahwa tamunya Pak Harto, ibu camatnya ternyata menelepon ke Kapolres. Ibu camat mengatakan bahwa,”Pak, ada tamu yang ngaku Soeharto.” Kapolres pun datang ke tempat kediaman camat Banjar Negara tersebut. Dan begitu Kapolres melihat langsung sosok pak Harto, Kapolresnya berkata kepada ibu camat,”Bu ini bener pak Harto.” Kapolres yang bertatap muka dengan Pak Harto itu lalu disarankan agar tak usahlah melapor ke Kapolda dan Pangdam. Pak Harto juga menyatakan agar tak usah ikut mengamankan rombongannya dari belakang.        

            Dalam satu kesempatan lainnya, Pak Try memiliki pengalaman unik terkait jalan desa dengan Pak Harto. Sebagai ajudan, beliau memiliki lingkup tugas memastikan tempat tinggal Pak Harto dan rute yang ditempuh. Ketika melalui satu jalan desa, Pak Harto bertanya, “Mau kemana?” Pak Try lalu menjawab bahwa jalan ini akan tembusnya kesini Pak. Pak Harto menanggapinya dengan enteng dan ramah, “Nggak salah jalan?” Setelah jalan diikuti ternyata mentok. Pak Harto lalu menunjukkan arah jalan yang harus dituju. Pak Try pun bertanya,”Bapak tahu jalan ini?” Lalu dijawab dengan ringan oleh Pak Harto bahwa ini merupakan daerah gerilya saya dulu. Tawa pun menghiasi sisa perjalanan.