SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa masih berpeluang menguat, meski dibayangi kasus harian COVID-19 yang mencapai lebih dari 40.000 kasus.

Rupiah dibuka menguat tiga poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.490 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.493 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, rupiah berpotensi menguat mengikuti perbaiki sentimen pelaku pasar keuangan global.

"Indeks saham global sebagai aset berisiko terlihat menguat. Pasar melihat perbaikan performa perusahaan di kuartal kedua. Ini mendorong pasar keluar dari aset aman dolar AS dan masuk ke aset berisiko," ujar Ariston.

Selain itu, lanjut Ariston, perbaikan sentimen tersebut juga didukung oleh kebijakan pelonggaran moneter bank sentral China People's Bank of China (PBoC) yang menurunkan Giro Wajib Minimum atau GWM sebesar 50 basis poin sehingga meningkatkan likuiditas di pasar.

"Sikap bank Sentral AS yang juga mempertimbangkan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter dalam waktu yang lebih lama, juga mendukung sentimen terhadap risiko tersebut," kata Ariston.

Di sisi lain kasus COVID-19 baru yang terus menanjak, terutama di Indonesia yang terus mencetak rekor baru, menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

"Pertumbuhan ekonomi bisa terganggu bila PPKM Darurat diperpanjang dan ini berpotensi menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston.

Di Indonesia, pada Senin (12/7) kemarin jumlah kasus baru COVID-19 mencetak rekor harian baru yaitu 40.427 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.567.630 kasus.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi ke kisaran Rp14.470 per dolar AS hingga Rp14.500 per dolar AS.

Pada Senin (12/7)  rupiah ditutup menguat 35 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp14.493 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.528 per dolar AS.
 

Tags
SHARE