SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengatakan dalam melihat fenomena virus corona masing-masing memiliki prespektif. Sebagai umat islam dia  menyikapi pandemi Covid-19 merupakan bagian dari ujian ketauhidan dan seberapa kuat keimanan kepada Allah. 

"Orang sekuler melihat Covid-19 seperti apa? Orang NU seperti apa? Karena saya meyakini akidah saya, iman kepada kada dan kadar Allah Swt. maka saya meyakini betul ini adalah ketentuan Allah," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (5/8). 

Gus Jazil mengemukakan hal itu saat memberikan sambutan secara virtual dalam acara "Istigasah dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa Indonesia dari Wabah Covid-19 " yang digelar oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Indonesia (UI), Rabu (4/8) malam.

Gus Jazil menyakini setiap ketentuan  Allah pasti ada hikmah untuk manusia.

Dia mengatakan boleh saja orang memaknai pandemi ini sebagai bagian dari skenario global, ada yang bilang dibuat di Tiongkok dan skenario global. Baginya anggapan tersebut sah-sah saja sebab manusia diberikan kekuatan oleh Allah untuk membuat skenario. Namun, pembuat skenario tertinggi hanya Allah.

"Kita sebenarnya menghadapi apa pun itu dalam skenario Allah, itu yang penting. Allah membuat skenario-skenario di Bumi sebagai tatanan dan ujian," ujarnya.

Maka itu, menurutnya  pandemi Covid-19 harus dihadapi dengan kekuatan iman bahwa semua daya dan upaya itu dari Allah. Ia menilai pandemi  justru menjadi cermin bagi masyarakat untuk melihat seberapa dekat dengan pembuat virus tersebut, pembuat alam ini, yang membuat manusia, dan skenario.

"Pada zaman sekarang, biasanya banyak yang menganggap apa itu doa, terkadang orang-orang menyepelekan doa. Tidak ada lagi konsep berkah, konsep keselamatan dari Allah," katanya.

Akibat pandemi Covid-19 kata dia, bangsa Indonesia menghadapi krisis multidimensi seperti pendapatan negara turun, utang membengkak, dan seakan-akan bangsa ini tidak mampu berbuat apa pun, serta tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi sesudah pandemi.

Pada saat ini, menurut dia, masing-masing warga harus bisa menasihati diri sendiri karena "obat" terbaik berasal dari diri sendiri dan begitu pula nasihat terbaik serta musuh terberat juga datang dari diri sendiri.

"Kita harus sering bicara dengan diri sendiri untuk berkontemplasi dan mengevaluasi diri, siapa kita serta Covid-19 ini seperti apa, karena siapa yang bisa menemukan dirinya sendiri maka dia yang paling berbahagia. Dalam konsep tasawuf, siapa yang telah menemukan dirinya sendir, dia akan menemukan Tuhan," kata Jazilul.

Tags
SHARE