SHARE

istimewa

"Alhamdulillah para ibu balita kooperatif," kata dia.

Dalam kesempatan itu, kader kesehatan Wiwin menuturkan kegiatan di posyandu kini meliputi pemberian edukasi agar para ibu memahami cara asuh anak yang baik, memberikan gizi seimbang serta menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna menurunkan risiko anak terkena stunting.

"Setelah didampingi, kami para kader mendapatkan pelatihan antropometri, edukasi ketika lakukan skrining anak terindikasi pendek atau gizi kurang. Kami tanyakan pola makan dan pola asuh anak," tutur Wiwin.

Terkait PHBS, salah satu edukasi yang diberikan yakni terkait pentingnya tidak melakukan buang air besar sembarangan (BAB) karena dapat memicu risiko anak stunting. Hasilnya, dari sekitar 250 kepala keluarga di Mranggen, kurang dari 50 di antaranya yang kini tidak punya jamban.

Stunting merupakan kondisi anak mengalami masalah pertumbuhan, hingga tinggi badannya di bawah rata-rata anak seusianya. Ini dikatakan dapat menjadi salah satu permasalahan yang dapat menghambat potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi bangsa Indonesia.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi balita stunting mencapai 30,8 persen yang artinya satu dari tiga balita mengalami stunting. Sementara data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyatakan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen.

Tak hanya Pemerintah, pihak swasta juga ikut ambil bagian dalam penanganan stunting, salah satunya melalui gerakan bernama "Bersama Cegah Stunting" oleh Danone Indonesia yang dikembangkan bersama multi stakeholder dan telah menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat.

Halaman :
Tags
SHARE