SHARE

Foto: Antara

Karena seragam tersebut memiliki lambang Olimpiade dan kepatuhan untuk tunduk pada aturan ketat dari panitia penyelenggara, beberapa kota meminta penyelenggara untuk memberi mereka pedoman tentang cara menangani barang-barang tersebut.

"Kami menghabiskan banyak uang dan energi. Kami ingin panitia penyelenggara bekerja sama," kata seorang pejabat pemerintah prefektur Miyagi, dikutip dari Kyodo, Minggu.

Namun, komite tampaknya mengabaikan tanggung jawab, dengan seorang pejabat mengatakan bahwa apa yang harus dilakukan dengan seragam seperti itu tergantung pada pemerintah kota yang menandatangani kontrak penjualan dengan Asics.

Sapporo, yang berada di utara Jepang, misalnya, telah mendonasikan sekitar 100 dari 145 seragam ke sejumlah institusi, salah satunya sekolah untuk tunanetra di luar negeri, yang telah mengadakan sesi interaktif online dengan atlet bola gawang, olahraga yang dimainkan oleh penyandang tunanetra.

Profesor di Universitas Utsunomiya di Prefektur Tochigi dengan keahlian dalam administrasi olahraga, mengatakan penting untuk bersikap transparan tentang bagaimana seragam digunakan bahkan jika itu mungkin tugas yang memakan waktu.

Dia menyerukan untuk mengeksplorasi berbagai solusi, seperti meminta opini publik, seperti halnya ketika siswa sekolah dasar di seluruh Jepang dilibatkan dalam pemilihan maskot untuk Olimpiade.

Halaman :
Tags
SHARE