SHARE

Istimewa

Faktor risiko

Beragam faktor risiko terjadinya stroke harus kita ketahui dan waspadai, misalnya usia di atas 60 tahun, jenis kelamin pria, ras Afrika-Amerika, hipertensi (tekanan darah tinggi), gangguan/penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, stenosis mitral, infark miokard), kencing manis, transient ischemic attack (mini stroke), dislipidemia (peningkatan kolesterol total dan LDL serta penurunan HDL), kadar kalium serum rendah, merokok, ada riwayat keluarga yang juga menderita stroke, penyalahgunaan obat (kokain, heroin, amfetamin, mariyuana), kontrasepsi oral, migren.

Faktor risiko ini beberapa dapat dikendalikan, dan beberapa memang sudah ditakdirkan demikian. Untungnya, hingga 90 persen dari semua kejadian stroke dapat dicegah. Sisanya (10 persen), disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

Potret klinis

Pada SI, tanda-gejala bisa mendadak, tanpa peringatan sebelumnya. Awal-mulanya sering tidak diketahui pasti. Boleh jadi dijumpai bicara tergagap. Bila SI disebabkan karena kemacetan aliran darah (oklusi) di arteri serebral anterior, maka berakibat memengaruhi kinerja otak bagian lobus frontal.

Akibatnya, muncullah gangguan pemahaman, kesadaran, kapasitas mental, pengambilan keputusan. Lumpuh (paralisis) atau berkurangnya kepekaan kulit (hipestesi) anggota gerak tubuh bagian bawah. Stroke batang otak menyebabkan gangguan kesadaran dan muntah.

Keluhan lain, seperti kelemahan kaki atau tangan, kebutaan di separuh lapang pandang penglihatan, gangguan sensoris-motoris, mati rasa, ketidakmampuan mengenali subjek yang sebelumnya familiar (agnosia), gangguan berkomunikasi dari aspek pemahaman atau penggunaan bahasa (afasia) dapat dijumpai pada penderita SI, sesuai bagian otak yang terkena.

Vertigo, pingsan, pandangan dobel/berbayang (diplopia), gangguan lapang pandang, kelemahan, lumpuh, pelo, sulit menelan, gangguan koordinasi otot (ataksia), pupil bergerak tak terkendali(nistagmus) dapat terkait dengan insufisiensi arteri vertebrobasilar.

Pada stroke intraserebral hemoragik (ICH), ditandai dengan pusing mendadak, muntah, tekanan darah meningkat, gangguan persarafan yang berlangsung lama. Mirip dengan SI, ICH seringkali dikaitkan dengan defisit sensoris dan motoris kontralateral terhadap lesi otak. Sebesar 40 persen penderita ICH mengalami perdarahan hebat di otak dalam beberapa jam pertama.

Deteksi cepat

Menggunakan akronim FAST, dapat dengan mudah mengenali beragam gejala stroke. (F)ace, apakah wajah merot atau mencong ke salah satu sisi? (A)rms, saat satu lengan mampu diangkat, apakah satu lengan terkulai lemas? (S)peech, apakah gaya berbicara mendadak aneh, pelo, atau lidah terasa kelu, dan terjadi berkali-kali? (T)ime, dokter memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengurangi efek stroke jika gejala terdeteksi dalam tiga jam pertama.

Kuesioner NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) bermanfaat untuk menilai gangguan persarafan pada penderita stroke sekaligus menentukan terapi yang sesuai. CT scan adalah baku emas untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik.

Jika seseorang dicurigai terkena serangan stroke, maka beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan: pertama, segera membawanya ke UGD terdekat, kedua, pastikan bahwa jalan napas, ventilasi, dan sirkulasi organ tubuhnya stabil, ketiga, monitor dan terus awasi tekanan darahnya, keempat, hindari memberinya makan/minum melalui mulut, kecuali keselamatannya dapat dipastikan.

Kelima, persiapkan akses intravena, agar memudahkan dokter memulai infus saline, keenam, segera setelah diinfus, maka dokter akan segera merekomendasikan tes fingerstick glukosa, panel biokimiawi,uji koagulasi, hitung darah, dan elektrokardiografi (EKG).

Halaman :
Tags
SHARE