SHARE

Istimewa

Solusi

Jika tidak ada kontraindikasi, dokter akan memberikan terapi trombolitik intravena dengan recombinant tissue plasminogen activator (r-tPA; berupa: alteplase) dalam tiga jam pertama saat gejala stroke berlangsung.

Alteplase IV juga direkomendasikan pada penderita stroke iskemik akut tertentu, dalam 3 - 4,5 jam gejala berlangsung. Sedangkan penderita stroke hemoragik harus segera dibawa ke ICU, dan segera ditangani oleh tim medis.

Hingga saat ini, belum ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan terapi imunomodulator khusus untuk mengurangi risiko stroke. Namun, eksperimen terapi imunomodulator yang baru, seperti fingolimod dan antibodi penetral sitokin inflamasi yang ditargetkan, dikombinasikan dengan pemilihan pasien yang lebih baik, dapat menghasilkan intervensi efektif untuk mengurangi beban risiko stroke dan meningkatkan hasil stroke di antara populasi umum dan pada individu dengan autoimun serta penyakit menular (Parikh NS dkk, 2020).

Penurun lipid berbasis statin efektif, baik untuk pencegahan primer dan sekunder, dalam tata laksana stroke iskemik. Sebagian besar manfaat berasal dari penargetan individu bebas penyakit dengan risiko kardiovaskular tinggi, dan dengan mencapai target pengobatan rendah untuk kolesterol lipoprotein densitas rendah pada penderita (survivors) stroke (Milionis H, dkk, 2019).

Menurut Pandian JD dkk (2018), pengendalian tembakau yang efektif, nutrisi yang memadai, dan pengembangan kota sehat adalah strategi penting untuk pencegahan primordial kasus stroke global. Adapun penggunaan teknologi seluler, telemedisin, bersama dengan pengurangan garam dan intervensi diet lainnya, efektif dalam pencegahan primer stroke.

Diperlukan kolaborasi efektif dan berkesinambungan multi dan lintas-sektoral, pentaheliks (pemangku kebijakan, klinisi dan ilmuwan, sivitas akademika, pebisnis, masyarakat, terutama para pakar di bidang kesehatan, didukung kebijakan pemerintah.

Kampanye dan diseminasi perlu dimasifkan untuk menerapkan strategi pencegahan sekunder, melalui pengawasan dan pencatatan, seperti program penyakit tidak menular WHO, di negara-negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.

Langkah preventif nan efektif adalah dengan strategi STROKE, yakni: (S)eimbangkan pola dan gaya hidup serta asupan gizi, (T)urunkan berat badan, kolesterol, dan tekanan darah, (R)ajin mengikuti perkembangan terkini tentang stroke, (O)lahraga teratur diiringi olah batin serta olah jiwa, (K)urangi lemak, kendalikan dan pahami faktor risiko, perbanyak konsumsi buah dan sayur, (E)nyahkan alkohol, ambisius, asam urat, rokok.

Beragam upaya promotif juga telah diupayakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes, 2021). Salah satunya dengan sosialisasi perilaku CERDIK, yakni: (C) Cek kesehatan secara berkala; (E) Enyahkan asap rokok; (R) Rajin beraktivitas fisik; (D) Diet sehat dengan kalori seimbang; (I) Istirahat cukup; dan (K) Kelola stress.

Dengan penanganan komprehensif, maka stroke dapat diatasi dengan segera.

(Penulis adalah dosen tetap di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar)

Halaman :
Tags
SHARE